Senin, 24 Desember 2012

kisah cinta aku dan dia



NAMA : TIRA MAHARANI KUSUMIHATI
KELAS : 1EB22

Kisah Cinta Aku dan Dia

            Di pagi yang cerah memasuki bulan awal januari. Nama aku Tira maharani biasanya anak-anak panggil aku Tira. aku punya pacar yang bernama Ardyansyah dia orangnya sangat Baik , perhatian . dan sayang sama aku dengan apa adanya.kita pacaran udah hampir 2 tahun yaitu dari kita masih SMP. Dan kita juga masih main-main belum bener-bener serius ketika kita meranjak masuk SMK kita pun pisah sekolah tetapi dia sering main ke rumah aku dan slalu jalan bareng kalau pacaran sama dia kadang ada enaknya kadang ada tidak enaknya apa-apa harus samaan kaya seperti baju couple, sepatu couple, bagi aku tuh semua terlalu nora banget tapi tetep sayang ko. Ketika aku udah kelas tiga SMK ketika disekolah aku ada acara perpisahan dia pun sudah janji sama aku akan jemput aku di sana. Pas aku telephone dan sms dia tidak satu pun di bales sama dia, aku tannya teman-teman mereka hannya menjawab tidak tahu. Dan jawabnya pun gugup kaya orang punya salah tidak ada satu pun yang tau Ardy di mana. Ketika acara perpisahan aku pun sudah selesai dan saatnya pulang ke Bekasi tidak ada sama sekali yang ngasih kabar tentang Ady ke aku dan aku pun marah. Teman aku bertanya “kenapa kamu sedih ? “ aku pun hannya bias menangis dan aku pun ceritakan semua apa yang telah terjadi sama aku dan dia.
            Ketika aku pulang dari acara perpisahaan tidak ada sama sekali kabar dari Ardy. Dan keesokan harinya aku pun ke rumahnya untuk memastikan apa yang telah dibuatnya dan kebetulan rumah kami tidak jauh cumin beda perumahannya saja. Ketika aku sampai di rumah ternyata rumah dia sepi dan sama sekali tidak berpenghuni sama sekali. Ketika tetangganya lewat dia bilang bahwa keluarga pak anggoro pindah ke luar kota aku pun bertannya sudah berapa lama katanya sudah seminggu. Aku pun kecewa sama dia karena dia tidak ngasih tau aku kalau dia akan pindah. Aku nangis dan aq ke tempat tongktongan yang biasa kita kumpul. Tidak di sengaja aku mendengar semua pembicaraan mereka. Kebetulan mereka lagi pada kumpul di sana dan mereka mendoakan supaya Ardy sembuh dari penyakitnya dan bias kembali lagi untuk berkumpul di sini lagi dan aku kecewa sama mereka karena mereka menyembunyikan semua aku pun marah sama mereka dan kabur.
            Ardy pergi dari seminggu yang lalu dia sakit. Dia jatuh dari kamarnya ketika ia ingin siap-siap pergi untuk menjemput aku, teman-temannya pun ingin ikut menjemput ku tetapi ketika temannya melihat kondisi ardy yang lemah dan tergelepak di kamarnya sendiri. Dan mereka membawa ardy ke rumah sakit dan mereka semua panik melihat kondisi Ardy yang sekarang ini, orang tua ardy dinas di luar kota kita semua tidak mau mengabari kondisi Ardy ke siapapun karena takut mengganggu mereka yang kerja. Suatu ketika orang tua dia pulang dengan selamat dan orang tua ardy menannyakan ardy kita semua tidak bias bohong dan kita menceritakan semua kondisi ardy yang lemah di rumah sakit. Ketika Ardy sadar dia bilang sama kita semua bahwa jangan pernah ada yang mengasih tau kondisi dia ke aku karena dia tdak mau kalau aku sedih melihat dia dan kami hannya diam dan memanguk.
            ( Telah terjadi ) Ardy koma dan kami semua panick. Dalam beberapa hari ini tidak ada sama sekali yang kasih kabar ke aku tentang ardy. Dokter pun menyuruh orang tua ardy untuk mencari rumah sakit yang bias menangani sakitnya ardy karena dsokter di sini udah nyerah menanganinnya dan orang tua dia membawa ardy pergi ke luar negri. Suatu ketika aku bertemu angga dan aku memaksa untuk menceritakan semua apa yang telah terjadi dan mereka bercerita bahwa Ardy sakit leokimia yaitu kurang sel darah merah sangat bersalahnya aku sama dia karena udah marah-marah dan salah paham dan kata angga dia di bawa ke Singapore dan aku hannya bias menangis. Karena kondisi dia yang sangat lemah.

            Beberapa bulan kemudian….
            Orang tua dia telephone aku dan dia bilang bahwa Ardy mau berbicara dengan aku dia pun bicara dengan aku betapa sedihnya dan aku tidak bias sama sekali menahan air mata dan dia mengucapkan “hai apa kabar ?? dan aku manjawb kabar aku baik” sambil meneteskan air mata dia bilang “jangan menangis dan jangan dipikirkan aku baik-baik saja ko nanti kalau aku udah pulang kita jalan yaa “ dan aku hannya menangis dan diam tanpa satu kata pun. Dan telephone pun terputus dan aku menyesal tidak mengucapkan kata-kata.
           

Bersambung …..

pendidikan indonesia

nama : tira maharani kusumihati

kelas : 1EB22  

 

MAKALAH PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
B. Rumusan Masalah
  1. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?
  2. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
  1. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
  2. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di Indonesia. 
  3. BAB II
    PEMBAHASAN 
    A.    Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia
Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia secara umum, yaitu:
  1. 1.      Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
  1. 2.      Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
  1. 3.      Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.
Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
  1. 1.      Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052 lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581 atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.
  1. 2.      Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.
Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
  1. 3.      Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).
  1. 4.      Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).
Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
  1. 5.      Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
  1. 6.      Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
  1. 7.      Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.

  1. B.     Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia
Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
  1. BAB III
    PENUTUP
    A. Kesimpulan
    Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
    (1). Rendahnya sarana fisik,
    (2). Rendahnya kualitas guru,
    (3). Rendahnya kesejahteraan guru,
    (4). Rendahnya prestasi siswa,
    (5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
    (6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
    (7). Mahalnya biaya pendidikan.
    Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.

    B. Saran
    Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
    Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.



    DAFTAR PUSTAKA
  2. http://forum.detik.com.
  3. http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-anggaran.
  4. http://www.detiknews.com.
  5. http://www.sib-bangkok.org.
  6. Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  7. sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI

 
NAMA : TIRA MAHARANI KUSUMIHATI
KELAS : 1EB22
TUGAS SOFT SKILL

PENGANTAR EKONOMI

 
BAB I
PENDAHULUAN
DEFLASI. Istilah ini tiba-tiba banyak dibicarakan kalangan ekonomi dunia. Katanya, negara-negara maju dirundung deflasi? Apa implikasinya? Bagaimana konsekuensinya? Bagaimana pula hal ini akan berdampak terhadap perekonomian dunia.
Fenomena deflasi di negara-negara maju membawa kekhawatiran tertentu terhadap kinerja perekonomian dunia. Jepang membuktikan, deflasi menyebabkan kredit macet raksasa di sektor perbankan. deflasi tidak selalu identik dengan cerita seram. Kisah sukses ekonomi Cina saat ini, ternyata berasal dari deflasi. Tekanan jumlah penduduk dan rendahnya pendapatan per kapita, merupakan jalan tol menuju deflasi yang selanjutnya menjadikan ekspor negara itu berkembang pesat.

BAB II
PEMBAHASAN
Deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah.Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga.
A. Suku Bunga
Ekonomom INDEF Fadhil Hasan menilai, deflasi bulan ini akan membuka ruang bagi Bank Indonesia untuk kembali menurunkan suku bunga yang akan memicu penguatan rupiah.
Menurut Fadhil, penguatan nilai tukar rupiah tersebut bisa membuat penurunan nilai ekspor Indonesia, karena harga barang yang diekspor jadi lebih mahal jika diukur dengan mata uang asing.
BPS menyebutkan nilai ekspor Indonesia di awal tahun ini mencapai 25,86 miliar dolar atau meningkat sekitar 15 persen jika dibandingkan dengan angka tahun lalu.
Sementara suku bunga Bank Indonesia saat ini tercatat pada posisi 9 persen. Namun, Bank Indonesia diperkirakan akan menjaga nilai tukar rupiah pada kisaran 9 ribuan, angka yang dianggap nyaman bagi Eksportir maupun Importir.
Ekonomi yang dijangkiti penyakit deflasi akan menunjukkan gejala-gejala: harga-harga, gaji dan upah yang menurun. Dalam ekonomi yang mengalami deflasi jangan mengharapkan kenaikan (penyesuaian) gaji. Kalau ada yang disebut penyesuaian gaji maka artinya penurunan gaji. Tentu saja dalam sejarah hidup anda mungkin anda tidak pernah mengalaminya. Apa lagi kalau yang anda lihat hanya Indonesia. Tetapi bisa juga anda tidak mengamatinya dengan cermat.
B. Sejarah Deflasi
Deflasi didahului oleh masa ekspansi kredit yang besar dan masa boom ekonomi. Seperti biasanya, ekspansi kredit di samping untuk peningkatan konsumsi, juga akan berujung di peningkatan aktifitas-aktifitas spekulasi, mal-investement. Akibatnya akan terjadi bubble, penggembungan harga pada objek yang dispekulasikan. Objek yang dispekulasikan yang bisa real-estate, bisa pula saham, atau apa saja. Proses spekulasi dan bubble ini tidak bisa berlangsung terus. Ekspansi kredit yang diperlukan semakin lama semakin besar dan harus lebih cepat untuk mempertahankan bubble itu sendiri. Akhirnya, ekspansi kredit tidak lagi bisa memenuhi tuntutan untuk bisa mempertahankan bubble dan bubble akan mengempis atau pecah. Misalnya untuk real-estate. Mula-mula harga masih terjangkau. Makin banyak orang ikut berspekulasi menimbulkan permintaan (semu) meningkat dan akan memicu kenaikan harga. Pelaku ekonomi di sektor real-estate merespons dengan makin menjamurnya pembangunan perumahan dan apartement.
Tenaga kerja yang terserap di sektor ini semakin banyak. Harga terus meningkat, akhirnya harga rumah menjadi tidak terjangkau lagi dan banyak orang tidak mampu membeli. Dengan kata lain pada harga tersebut penawaran lebih tinggi dari permintaan. Dengan kata lain: oversupply. Kalau bubble itu terjadi di sektor industri, tahap ini adalah tahap over kapasitas. Pada saat ini ada dua alternatif. Yaitu, aktivitas spekulasi ini harus berhenti dan bubble mengepis karena pasokan rumah /apartemen melebihi permintaan. Atau ekspansi kredit terus berjalan dengan memberikan kesempatan kredit kepada orang yang tidak mampu. Dan ini akan membuat bubble semakin membesar tetapi pada hakekatnya suatu saat akan berhenti bila tidak ada lagi yang bisa/mau mengambil kredit. Artinya bank tidak mau mengambil resiko untuk memberikan kredit dan konsumen/spekulator tidak berani mengambil kredit karena resiko gagal dan peluang berinvestasi sangat beresiko. Nasib dari semua bubble akhirnya akan sama saja. Kata kuncinya adalah yang disebut spekulasi adalah membangun kapasitas dan supply diluar jangkauan permintaan. Dengan kata lain: over kapasitas, over supply.
Gagal bayar banyak terjadi pada akhir dari bubble. Aktifitas spekulasi terhenti, dan para pelaku ekonomi mulai menyelesaikan hutang-hutangnya, baik dengan cara membayar atau dengan cara menyatakan bangkrut dan ngemplang hutang (default). Babak berikutnya secara umum harga barang (terutama barang yang tadinya dispekulasikan) mulai menurun karena permintaan lebih kecil dari penawaran, stok melimpah sebagai akibat ulah spekulasi dimasa boom. Karena harga cenderung menurun, maka orang merespon dengan menahan diri untuk menunda konsumsinya/pembelian. Pikirannya ialah bahwa nanti harganya toh lebih murah. Dengan demikian kecenderungan menabung meningkat. Keadaan seperti lingkaran setan, harga turun memicu orang semakin menunda pembelian; dan penundaan pembelian semakin membuat harga turum. Persoalan menjadi semakin parah.
Tadi dikatakan bahwa secara umum harga-harga turun, karena tidak semua barang harganya turun. Uang, emas (uang sejati), bond yang bagus (bond pemerintah yang didukung tabungan rakyat yang tinggi misalnya) nilainya naik.
Secara ringkas proses deflasi yang paling sering terjadi diawali dengan ekspansi kredit (inflasi), dilatar belakangi dengan banyak unsur spekulasi. Tetapi spekulasi tidak bisa berlangsung terus dan akhirnya spekulasi berhenti karena dibangun diluar jangkauan permintaan dan para pelaku ekonomi harus bersih-bersih, sebagian kapasitas harus dimusnahkan. Hutang harus diselesaikan; baik dengan dibayar atau dengan pemutihan alias gagal bayar (default), artinya inflasi berbalik arah menjadi deflasi, kontraksi kredit.
C. Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of Money) didapatkan dari persamaan Fisher sebagai berikut:
MV = PT
Ket :
M : Money Supply atau Persediaan Uang di masyarakat
V : Velocity atau kecepatan perputaran uang.
P : Average Price Level atau tingkat harga rata-rata.
T : Total Number of transactions atau Jumlah Transaksi.


D. Penyebab Deflasi
Jadi dapat disimpulkan bahwa ada empat buah penyebab Deflasi:
1. Menurunnya persediaan uang di masyarakat.
2. Meningkatnya Persediaan Barang
3. Menurunnya permintaan akan barang.
4. Naiknya permintaan akan uang

E. Dampak
Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi (Saham) akan mengalami kekacauan.
Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi (deflationary spiral).
Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak sanggup membayar gaji karyawannya (lha barang tidak laku, mau bayar dari mana?). Dengan demikian pendapatan yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang.
Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang berjalan.
Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat peredaran uang semakin kecil.
F. Penanggulangan
Cara mengatasi Deflasi
Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang karena jarang berolah raga. Apabila seseorang pada dasarnya memiliki kaki normal namun malas menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam jangka waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami kelumpuhan selamanya.
Hal ini parallel dengan deflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski memakan waktu lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata lain untuk mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja ini membutuhkan waktu yang tidak sedikir. Lazim dikatakan oleh para analis eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan negative. Belum lagi hal ini akan memicu aksi spekulan luar negeri yang dapat menjalankan Carry Trade sehingga nilai uang justru menjadi jatuh. Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang sesungguhnya tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak naik dengan sendirinya.
Contoh Deflasi : Dampak menurunnya minyak mentah dunia.
Dalam pengertian ekonomi klasik, deflasi disebabkan kombinasi dari supply dan demand barang, supply dan demand uang. Deflasi terjadi ketika supply uang turun dan supply barang naik.
Ketika bank sentral meningkatkan interest rate (BI Rate), yang terjadi adalah peningkatan tabungan, deposito, dan giro (karena suku bunga menarik) dan sebaliknya kredit akan turun (suku bunga kredit menjadi tinggi). Jadi. dengan menaikkan interest rate, diharapkan uang beredar turun dan terjadi deflasi (counter inflasi).
Deflasi merupakan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan penurunan harga barang dan jasa secara umum termasuk sejumlah komoditas dunia. Negara maju saja sudah mulai mengkhawatirkan kondisi deflasi ini yang ditandai dengan penurunan harga komoditas," ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Resesi terjadi ketika PDB turun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama 2 kuartal atau lebih dalam 1 tahun. Adapun deflasi, yang merupakan kebalikan inflasi, terjadi pada saat harga barang dan jasa secara umum turun dalam periode tertentu. Jika inflasi memangkas nilai riil mata uang, deflasi justru membuat 'alat tukar itu' lebih bernilai.
Resesi deflasi, menurut Radityo, akan mengurangi minat investor untuk menjadikan emas sebagai alternatif investasi karena logam mulia itu sering dijadikan instrumen untuk lindung nilai (hedging) dari inflasi.
Deflasi yang terjadi sepanjang tahun 2008 pada berbagai sektor, khususnya bidang perdagangan akan dapat mengancam terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Deflasi yang terjadi akan menurunkan produksi suatu perusahaan karena kurang permintaan dan lemahnya daya beli, sehingga berdampak pada pengurangan produksi dan juga pengurangan jumlah tenaga kerja.
Deflasi yang terjadi saat ini sebagai dampak dari pengaruhi krisis keuangan global. Karena itu, apabila permintaan ekspor maupun impor terus menurun, maka mau tidak mau pihak perusahaan melakukan langkah efisiensi, misalnya dengan mengurangi produksi dan tenaga kerja.
Penurunan harga sejumlah komoditas makanan, akibat musim panen yang didukung kelancaran distribusi barang, telah mendorong terjadi deflasi pada Maret 2002 minus 0,02 persen. deflasi hanya mungkin terjadi jika harga barang lain tidak berubah Namun, dia mengingatkan kemungkinan buruk lain bahwa deflasi tidak akan terjadi. Sebab, siklus musim tahunan menunjukkan permintaan barang dan jasa umumnya melonjak menjelang Natal dan Tahun Baru. "Misalnya, harga daging sapi atau ayam biasanya naik pada Desember," ujarnya. "Jadi, nanti tinggal dilihat barang apa yang pengaruhnya paling besar terhadap inflasi Desember."
Deflasi, atau sering disebut disinflasi (disinflation) adalah kecenderungan terjadinya penurunan harga secara menyeluruh (a decrease in the overall level of prices). AS pernah mengalami deflasi panjang, tahun 1920-an dan 1930-an, saat perekonomiannya terjerumus dalam depresi besar (great depression). Dari tahun 1929 hingga 1933, tingkat harga di AS jatuh 25 persen. Inilah deflasi terbesar dalam sejarah perekonomian AS.
Ada dua teori yang diajukan para ekonom guna menjelaskan mengapa penurunan harga dapat menekan tingkat pendapatan yang selanjutnya dapat menyeret ke resesi global, sebagaimana dikemukakan ekonom Harvard, Gregory Mankiw (Macroeconomics, Worth Publishers, New York, edisi 2003).
Teori pertama, debt-deflation theory. Dalam teori ini, penurunan harga akan menyebabkan para pengusaha kesulitan membayar utangnya. Para debitor mengalami penurunan penerimaan (revenue) dari hasil usahanya yang tak cukup untuk membayar utang kepada kreditor.
Teori kedua menjelaskan efek deflasi. Konsekuensi logis dari peristiwa ini, perusahaan-perusahaan akan cenderung melakukan penghematan, antara lain dengan pemutusan hubungan kerja karyawannya (lay-off). Selanjutnya, hal ini akan berakibat buruk pada perekonomian makro yang cenderung mengalami kontraksi.
Secara kronologis, fenomena deflasi berpotensi menggulirkan (1) peningkatan kredit macet (bad debt), (2) peningkatan pengangguran, dan akhirnya (3) resesi dunia, bahkan level yang lebih ditakuti, yakni depresi. Masalahnya kini, apakah hal itu sebenarnya sudah terjadi (fakta), atau masih sekadar sebagai potensi?
Deflasi, sebenarnya sudah terjadi, bukan di AS tetapi di Jepang. Selama dasawarsa 1990-an, perekonomian Jepang menunjukkan tanda-tanda menurun, setelah sebelumnya menikmati pertumbuhan tinggi. Saat itu, rata-rata pertumbuhan hannya 1,3 persen, dibanding 4,3 persen 20 tahun sebelumnya, sedangkan tingkat pengangguran, yang sepanjang sejarah Jepang selalu rendah, meningkat dari 2,1 persen (1990) menjadi 4,7 persen (1999). Sejak Agustus 2001, tingkat pengangguran mencapai lima persen atau tertinggi sejak Pemerintah Jepang mengenal statistik data ini pada tahun 1953.
Mengapa Jepang yang perekonomiannya tangguh bisa mengalami downturn? Banyak penyebabnya. Namun, beberapa kuncinya adalah sebagai berikut.
Pertama, mata uang yen mengalami apresiasi (yendaka) tajam. Apresiasi yang keterusan menyebabkan biaya hidup dan biaya produksi di Jepang meningkat pesat. Akibatnya, harga barang dan jasa Jepang berkurang daya saingnya.
Kedua, akibat yendaka, terjadi relokasi industri besar-besaran. Banyak perusahaan Jepang memindah lokasi pabriknya ke Cina dan Asia Tenggara. Pengangguran di Jepang pun meningkat.
Ketiga, tingkat kepercayaan (confidence level) atas perekonomian merosot yang ditunjukkan dengan harga saham rendah. Indeks akhir tahun 1990-an hanya separuh dari indeks satu dasawarsa sebelumnya.
Keempat, harga tanah ikut merosot. Pada dasawarsa 1980-an, harga tanah meroket tinggi lalu menurun tajam sejak 1990-an. Seperti kasus harga saham dan tanah, terjadi koreksi. Harga yang sudah kelewat tinggi, suatu saat akan mengalami koreksi menurun.
Kelima, saham dan tanah merupakan barang paling sering dipakai sebagai jaminan kredit bank. Karena harga keduanya jatuh, maka kredit-kredit perbankan banyak mengalami kemacetan. Terjadilah bad debt atau credit crunch.
Keenam, secara demografis, penduduk Jepang mengalami stagnasi. Jumlah penduduk mereka stabil di level 124 juta, dan praktis tidak bertambah. Sementara itu, tingkat harapan hidup (life expectancy at birth) terus meningkat. Dengan struktur demografi yang cenderung menggelembung di kelompok usia lanjut (jumlah orang tua makin banyak), maka terjadi beban ketergantungan (dependency) yang kian tinggi. Usia produktif berkurang, usia lanjut bertambah. Implikasinya, pembayaran pensiun membesar yang menambah beban fiskal pemerintah.
Menurut The Economist (15/11/02), perekonomian Jepang kini dalam bahaya deflasi, yang akan meningkatkan beban utang riil (real debt burdens), di mana utang perusahaan-perusahaan secara nominal sebenarnya tetap, namun secara riil meningkat akibat penurunan harga. Selain itu, masih ada lagi persoalan berat kredit macet di sektor perbankan. Majalah itu juga mencatat, Jerman kini mempunyai potensi untuk mengalami hal yang sama, dibanding risiko serupa di AS.
Data menunjukkan, selama periode Januari-September 2002, Jepang mencatat inflasi negatif atau deflasi -0,7 persen, sedangkan Jerman mencatat inflasi positif 1,3 persen, AS 1,5 persen. Negara-negara pemakai mata uang Euro di Eropa Barat mencatat inflasi 2,2 persen.
BAB III
PENUTUP
Dunia boleh cemas terhadap fenomena deflasi. Namun, ternyata ada negara yang mempunyai pengalaman manis dengan deflasi. Tampaknya, dalam perekonomian selalu ada perkecualian (exception). Teori boleh mengatakan, deflasi bersifat kontraktif.
Kombinasi antara jumlah penduduk yang amat banyak, pendapatan per kapita yang amat rendah, dan tingkat pengangguran yang masih tinggi (sekitar tujuh persen), berimplikasi pada upah buruh dan biaya produksi yang rendah. Akibat selanjutnya, terjadi deflasi secara substansial.
Untuk mengeliminasi deflasi ini sejumlah saran sudah diberikan. Selain meneruskan kebijakan suku bunga yang teramat rendah (suku bunga pasar uang tiga bulanan kini hanya 0,02 persen), Jepang juga disarankan melakukan pemotongan pajak (tax cuts) untuk merangsang konsumen belanja lebih banyak. Intinya, baik sisi moneter maupun fiskal harus sama-sama ekspansif, supaya deflasi dapat segera distop.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0212/02/opini/37041.htm